Minggu, 18 Maret 2012

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN TIMBANGAN OTOMATIS BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51


PERANCANGAN DAN PEMBUATAN TIMBANGAN OTOMATIS BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51

Meky Nurcahyono,Arief Budijanto
Jurusan Teknik Elektro
 Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya





1. Pendahuluan
            Alat timbang dalam proses produksi adalah salah satu dari instrumen penunjang yang jamak digunakan.Meskipun bukan alat yang memegang peranan vital tetapi mutlak diperlukan dikarenakan tiap form laporan hasil produksi pasti mencantumkan berat barang hasil produksi.
Timbangan otomatis dengan konveyor ini cocok digunakan untuk industri  yang memproduksi kertas setengah jadi yang menggunakan alat timbang manual untuk mengetahui berat kertas dalam bentuk glondongan yang diproduksi , dimana sebelum masuk ke tempat timbangan tersebut terdapat banyak conveyor dan lengan pneumatic yang digunakan untuk meletakkan glondongan kertas ke tempat timbangan ,lagipula harus ada operator  didepan timbangan  yang bertugas memonitor hasil timbangan dan mencatatnya ke form produksi barang.Hal tersebut sungguh sangat tidak efisien baik dari segi jarak,waktu dan tenaga kerja.
Berdasar permasalahan tersebut diatas, maka diangkat untuk dijadikan sebagai usulan judul tugas akhir .Sistem  ini menjadi salah satu solusi untuk lebih meminimalkan peran manusia dan mengoptimalkan peran teknologi otomasi dan mekanik sehingga membantu kerja dari manusia yang pada ujungnya meningkatkan kinerja dan proses produksi

2 Landasan Teori
2.1 Timbangan Berat
            Parameter yang sering digunakan dalam proses produksi salah satunya adalah berat.Dan berat termasuk dalam parameter kritis.Parameter kritis adalah parameter yang selalu bergerak dinamis.Oleh karena itu parameter seperti ini perlu diamati terus menerus agar kinerjanya sesuai dengan kondisi operasi yang telah ditetapkan.
Pengamatan berat  dapat dilakukan melalui alat timbang manual.alat timbang manual yaitu alat timbang yang penunjukannya masih memakai jarum ,sehingga diperlukan kecermatan dalam memasukkan data  hasil timbangan.karena tingkat ketelitian tiap orang berbeda-beda maka hasil timbangan menjadi kurang akurat.
Ada pula pengamatan berat menggunakan sebuah perekam yang menggunakan pena sebagai penggambar grafik parameter pada kertas.Namun cara demikian tidak efisien karena nantinya akan dihasilkan banyak tumpukan kertas untuk jangka waktu penyimpanan yang lama sehingga sukar dalam pembacaan di masa mendatang
Sedangkan untuk hasil yang lebih akurat digunakan timbangan elektrik yang mana sudah menggunakan sensor berat (Load Cell) sebagai penginput data,sehingga tampilan data lebih akurat     
2.2 Konveyor
Konveyor memegang peranan peranan penting ,baik dalam proses pra maupun pasca produksi.Ada beberapa jenis konveyor yang umum digunakan dalam proses produksi.Diantaranya Chain Konveyor,Feeder,dan Belt Konveyor.
2.2.1Chain Conveyor
Adalah jenis konveyor yang bidang  bebannya terbuat dari rangkaian plat baja yang disusun sedemikian rupa mengikuti alur rantai gigiyang digerakkan oleh gearbox . Jenis konveyor ini banyak digunakan untuk aplikasi paska produksi ,seperti misal pada proses pemindahan barang hasil produksi menuju ke gudang
penyimpanan.Salah satu jenis dari Chain Conveyor dapat kita lihat dalam aplikasielevator yang terdapat di pusat perbelanjaan.
2.2.2 Feeder
Feeder adalah jenis konveyor yang berfungsi sebagai pemberi umpan pada proses produksi.Jadi feeder berfungsi sebagai pengatur material dasar dari proses produksi.Feeder terutama banyak digunakan dalam produksi semen,kertas ,finish mill.
2.2.3 Belt Conveyor
Adalah jenis konveyor yang bidang bebannya terbuat dari karet.Biasa terkenal dengan nama Rubber Belt .Konveyor jenis ini biasa digunakan untuk membawa material seperti kertas ,batubara ,tepung dll..Dari segi harga relatif lebih murah dari pada kedua jenis konveyor diatas .dan lagipula relatif lebih mudah dalam pembuatan konstruksinya.Oleh sebab itu Jenis konveyor ini digunakan sebagai aplikasi dalam tugas akhir ini,meskipun untuk aplikasi nyata ,penggunaan Chain Conveyor disarankan untuk hasil lebih baik


2.3 Mikrontroller 89S51
Mikrokontroler keluaran ATMEL dapat dikatan sebagai mikrokontroler terlaris dan termurah. Chip controler ini dapat diprogram menggunakan port paralel atau serial. Selian itu, dapat beroperasi hanya dengan satu chip dan beberapa komponen dasar seperti kristal, resistor, dan kapasitor. AT89s51 merupakan produk dari ATMEL dengan beberapa fitur yang dimiliki antara lain:
  1. Kompatibel dengan MCS-51
  2. 4Kbyte memory program yang dapat ditulis hingga 1000 kali.
  3. kecepatan clok 0-33MHZ
  4. Memory data 128 Byte RAM  internal.
  5. 32 jalur input-output (4 buah port parallel I/O)
  6. 2 timer/ Counter 16 bit
  7. 2 data pointer
  8. 6 Interrupt (2 timer, 2 counter, 1 serial, 1 reset)
  9. ISP (In System Programmable) Flash Memory

3. Perancangan Sistem
3.1 Konsep Perancangan Sistem
 Pada prinsipnya timbangan dengan konveyor otomatis dapat dianggap sebagai suatu timbangan elektris mekanis berbentuk konveyor yang secara otomatis menentukan berat material yang lewat diatasnya.Sistem ini juga dapat disebut perkawinan dari konveyor dan timbangan dikarenakan kedua alat berada dalam satu konstruksi.
Sistem timbangan ini mengubah bessaran analog (berat material) menjadi digital.dan mentransmisikan data digital ke computer untuk dilakukan penampilan data sekaligus menyimpannya.Keuntungan yang diperoleh adalah:

















  • Pencatatan secara terkomputerisasi
  • Biaya lebih murah
Perangkat keras ini berbasis mikrokontroller AT89S51 agar didapat system yang benar-benar minimal dan murah .Mikrokontroller ini diprogram sedemikian rupa sehingga dapat melakukan tugas konversi dengan bantuan ADC 0804 dari data analog ke data digital dengan menggunakan sensor Flexiforce sebagai penginput data berat ke mikrokontroller dan mengirimkan data digital ini melalui port komunikasi serial RS 232 .Disamping itu dibuat perangkat lunak di computer untuk dapat menerima data digital ini melalui port serial dan menampilkan data serta menyimpan data sekaligus.dibawah ini ditunjukkan blok diagram dari Timbangan otomatis dengan konveyor;

Gambar 3.1 Blok Diagram Rangkaian

3.2  Perangkat Keras
            Sistem alat yang dibuat terbagi dalam beberapa modul rangkaian yang mempunyai tugas dan fungsi tersendiri, rangkaian-rangkaian tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:

3.2.1 Rangkaian Sumber Tegangan     Utama
            Untuk memenuhi kebutuhan sumber tegangan Mikrokontroler, motor DC,sensor digunakam sumber tegangan dengan inputan 220 Vac untuk sumber tegangan primer dan sekunder mengeluarkan tegangan 12 Vac dengan disearahkan oleh dua dioda karena menggunakan out put trafo sekundar CT 12V atau system gelombang penuh/full wave setelah disearahkan dicoupling dengan elektrolit capasitor dengan nilai 2200 Uf/50 V, untuk mendapatkan tegangan yang stabil digunakan IC 7805 untuk mendapatkan tegangan yang konstan karena membutuhkan arus yang cukup besar yaitu 5 A, out put dari keluaran transistor di coupling dengan elektrolit capasitor keramik 100 nF/50 V untuk menghilangkan arus bolak-balik yang masih tersisa tegangan yang akan  dihasilkan 5 Vdc dengan arus 5 A dc
.

Gambar 3.2 .1Rangkaian Sumber Tegangan Utama


3.2.2. Kontroller
            Mikrokontroler merupakan otak yang mengatur dan mengolah semua proses kegiatan yang dilakukan agar system yang dirancang dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Dalam system ini digunakan mikrokontroler AT89S51, mikrokontroler ini dipilih karena mikrokontroler ini merupakan mikrokontroler yang tepat guna yaitu memiliki fasilitas yang cukup banyak, harga ekonomis, teknik pemrograman yang mudah, perangkat pendukung yang mudah diperoleh serta AT89S51 memiliki kemampuan dan fasilitas yang lengkap untuk aplikasi sederhana dan umum. Namun tidak menutup kemungkinan AT89S51 digunakan untuk aplikasi yang lebih rumit asalkan system yang digunakan memiliki komponen pendukung yang lengkap.

3.2.2.1 Rangkaian Clock
            Peran clock bagi mikrokontroller ibarat jantung bagi manusia. Manusia tanpa detak jantung tidak akan hidup. Mikrokontroler tanpa detak clock juga tidak akan berfungsi. Pulsa clock mengambil peranan penting dalam menentukan  kecepatan dan sinkronisasi kerja central prossesing unit (CPU) mikrokontroler. Seluruh keluarga MCS-51 mempunyai oscillator dalam chipnya, disebut on chip oscillator, yang dapat digunakan sebagai sumber clock bagi CPU. Untuk menggunakan rangkaian oscillator yang ada dalam chip tersebut maka CPU perlu dihubungkan dengan sebuah kristal oscilator eksternal melalui pin XTALI dan XTAL2 dari 89s51 serta dua buah kapasitor ke ground, dengan memanfaatkan on-chip oscilator rangkaian pembangkit pulsa hanya membutuhkan dua buah kapasitor dan sebuah quartz crystal, nilai kapasitor yang yang sering digunakan adalah 30pF. Jika frekuensi  kristal yang di gunakan adalah 12 Mhz, maka kristal tersebut akan mengeluarkan 12.000.000  pulsa perdetik. Dalam hal ini berarti dalam 1 detik akan ada 1.000.000 (12.000.000/12) machine cycle. rangkaian Oscillator Clock di tunjukkan pada gambar 3.3

Gambar 3.2.2.1
Rangkaian Oscillator Clock

3.2.2.2. Rangkaian Reset.
Rangkaian reset digunakan untuk mereset mikrokontroler 89s51 agar alamat kerja (program) dari mikrokontroler di mulai dari alamat 0000H . Keadaan reset diperoleh bila pin RST dari 89s51 diberi logika ‘1‘ dalam 2 cycle setelah catu daya diberikan, reset bisa dilakukan secara otomatis setelah power dihidupkan (auto power on reset ), Maupun secara manual dengan bantuan saklar . Konfigurasi dari rangkaian reset ditunjukkan pada gambar 3.4, untuk siklus mesin sama dengan 12 periode osilator, maka nilai kapasitor reset adalah :
    = 2 X Siklus mesin                  (3-1)
= 2 X ( 12 X T )
= 2 X ( 12 X  )
           = 2 X ( 12 X )
= 2 s
Q         = V X t                                  (3-2)
            = 5 X 2.10
            = 10 µs
 
Gambar 3.2.2.2 Rangkaian Reset

Gambar 3.4 merupakan gambar rangkain reset yang bekerja secara manual maupun otmatis saat sumber daya diaktifkan. Pada saat sumber daya diaktifkan, maka kapasitor  C2 sesuai dengan sifat kapasitor akan terhubung singkat pada saat itu sehingga arus mengalir dari VCC langsung kekaki reset sehingga kaki tersebut berlogika 1. Kemudian kapasitor terisi hingga tegangan pada kapsitor (Vc) yaitu tegangan antara VCC dan titik antara kapasitor C2 dan resistor R6 mencapai VCC, tomatis tegangan pada R6 atau tegangan RST akan turun menjadi 0 sehingga proses reset selesai. Jika saklar ditekan reset bekerja secara manual, aliran arus akan mengalir dari VCC melalui R7 sebagai pembatas arus menuju kekaki RST. Tegangan pada VR2 akan berubah menjadi:

                      (3-3)

Dengan nilai Vcc sebesar 5 volt maka didapat tegangan pada R2 sebesar 4,94 volt. Tegangan 4,94 volt pada kaki RST menyebabkan kaki ini berlogika 1 pada saat saklar tersebut ditentukan. Pada saat saklar dilepas aliran arus dari Vcc melalui R7 akan berhenti dan tegangan pada kaki RST akan turun menuju ke nol sehingga logika pada kaki ini berubah menjadi 0 dan proses reset selesai.
            Dengan asumsi ferekuensi kristal yang digunakan adalah sebesar 12Mhz, maka pin RST harus bernilai high selama 2 mikrodetik.

3.2.2.3 Rangkaian Driver Motor
            Rangkaian ini terdiri dari dua transistor tipe NPN dan PNP, dioda dan dua resistor seperti terlihat pada gambar dibawah. Disini transistor sebagai switch dimana resistor dibias menjadi saturasi atau cut off. Dioda pada rangkaian ini digunakan untuk melindungi transistor dari arus balik. Untuk menyambung dan memutuskan rangkaian eksternal seperti ON/OFF, sebagai pembantu dari relay diperlukan suatu transistor yang berfungsi sebagai switch. Transistor berfungsi juga sebagai penguat arus yang diperlukan bagi relay agar dapat dikontrol secara otomatis melalui AT89S51. Untuk menghidupkan relay dibutuhkan arus yang cukup besar. Dengan batas arus colektor sekitar 500mA, arus ini digunakan untuk mendriver relay. Transistor yang digunakan adalah C9012 dan C9013 yaitu tipe NPN dan PNP. Karena Mikrokontroler mengeluarkan logika low maka arus Ib1 akan mengalir sehingga menarik arus Ie yang akan menuju Ib2 karena R2 lebih besar dari pada R1 maka arus  yang besar akan mentrigger basis pada TR2 mengakibatkan arus yang besar dari tegangan 12V akan mengalir menuju ground, hal inilah yang menyebabkan relay akan bekerja.


Gambar 3.2.2.3 Rangkaian Driver Motor

3.2.4Rangkaian Sensor Perintah Timbang
Sensor yang digunakan adalah sensor Photo Dioda. Photodioda adalah salah satu alat yang dibuat untuk berfungsi paling baik berdasarkan kepekaan terhadap cahaya. Pada dioda ini, sebuah jendela memungkinkan cahaya untuk masuk melalui pembungkus dan mengenai persambungan. Cahaya yang datang menghasilkan elektron bebas dan lubang.makin kuat cahayanya, makin banyak jumlah pembawa minoritas dan semakin besar arus baliknya.

 
Gambar 3.13 Rangkaian Sensor   Infra merah

Ketika sensor diaktifkan, infra red akan memancarkan cahaya selaku emitter dan cahaya ini akan diterima oleh photo dioda. Sebagai akibat dari penerimaan cahaya pada photo dioda, maka hambatannya akan berkurang sesuai dengan intensitas cahaya yang diterima. Dengan berkurangnya hambatan pada photo dioda, mengakibatkan turunnya tegangan pada photo dioda, sehingga tegangan input rendah dari pada input tegangan referensi pada input negatif.Namun ketika cahaya dari emitter atau infra red dihalangi oleh benda atau target, maka hambatan photo dioda menjadi bertambah, dan hal ini mengakibatkan kenaikan tegangan pada photo dioda, sehingga tegangan input positif melebihi tegangan referensi. Dengan keadaan ini, maka keluaran Op-Amp menjadi negatif, sehingga dapat memberikan bias yang kemudian menonaktifkan indicator berarti memberikan inputan pada mikrokontroler pada Port 2.3. Dengan mengatur VR 100k kepekaan cahaya dapat diatur.

3.2.5 Rangkaian Sensor Timbangan
 Sensor yang digunakan untuk pengukuran timbangan adalah sensor Flexiforce.Dimana nilai konduktansi sensor Flexiforce (1/R)dari Sensor Flexiforce linier terhadap gaya tekan atau beban yang diberikan .
Oleh karena itu, dalam aplikasi ini akan dibaca nilai konduktansi tersebut dengan menggunakan rangkaian Non Inverting Amplifier Sehingga didapatkan hasil pembacaan nilai beban yang linier.Rangkaian Non Inverting Amplifier tersebutterdapat dalam blok Rangkaian Pengkondisi Sinyal.Keluaran dari rangkaian pengkondisi sinyal sudah berupa tegangan DC 0-5V dan diumpankan ke masukan ADC.Kemudian data digital dari keluaran ADC ini dibaca oleh mikrokontroller untuk ditampilkan pada layar komputer
Skema rangkaian pengkondisi sinyal untuk sensor Flexiforce asalah sebagai berikut:
           
Gambar 3.7. Rangkaian Pengkondisi Sinyal dan Sensor Flexiforce

3.2 Perancangan ADC 0804 (Analog to Digital Converter)
Dalam pembuatan alat ini juga dibutuhkan pengubah sinyal analog menjadi sinyal digital / disebut juga “Analog To Digital Converter ( ADC ), hal ini disebabkan karena inputan yang didapat dari rangkaian pengkondisi sinyal  untuk sensor Flexiforce masih berupa sinyal analog sedangkan rangkaian kontroller menggunakan sistem digital sehingga membutuhkan masukan berupa sinyal digital.Untuk rangkaian pengkonversi data analog ke digital (ADC) digunakan IC 0804 . Dengan sebuah masukan yaitu Vin+ (pin6) dan delapan buah keluaran yaitu DB0-DB7 (pin 11-pin 19) pada port1. Bekerja dengan tegangan referensi sebesar 2,5 Volt pada Vref/2 atau pin 9 yaitu didapat dari resistor pembagi tegangan (sesuai dengan data sheet). Fungsi dari rangkaian referensi ini adalah untuk mendapatkan resolusi satu bit yang di inginkan.
ADC ini memiliki range antara 0 sampai 255 dengan menggunakan pencatu daya +5 Volt. ADC 0804 telah dilengkapi dengan internal clock yang di pasang secara running dan dapat diaktifkan dengan menghubungkan komponen resistor eksternal ( R ) dan komponen kapasitor eksternal ( C ) pada clock R dan clock IN untuk menghasilkan sinyal clock. Nilai R di tentukan sebesar 1 KW dan nilai C sebesar 220 nF, sehingga memberikan frekuensi clock sebesar :
          
=   
                        Fclk = 4,13 KHz
Dari perhitungan di atas dapat dilihat bahwa harga frekuensi yang di dapatkan sudah memenuhi harga yang di minta ACD 0804 berdasarkan data sheetnya.
ACD di rancang untuk dapat menerima tegangan masukan (Vin+) 0Volt sampai 5Volt sehingga satu bit berbobot :
 =  = 19,6 mV.
Sedangkan tegangan Frekuensi (Vref) sama dengan:
Sesuai dengan data sheet, maka untuk perhitungan setiap satu 1 bit berbobot:
Resulusi  1 bit =  banyak data perbit 28 = 255
=  = 9,8 mV atau = 10 mV



     
Gambar 3.8. Rangkaian ADC 0804
3.3 Perancangan Komunikasi Serial 
           
 Melakukan komunikasi serial menggunakan mikrokontroler AT89S51 dapat dilakukan dengan memanfaatkan fasilitas port serial yang sudah ada didalamnya. Port serial memungkinkan kita untuk bisa mengirimkan data dalam format serial. Apabila hendak menghubungkan mikrokontroler AT89S51 dengan PC (komputer pribadi)
Melalui port serial, level TTL harus dirubah menjadi level RS-232. Untuk keperluan ini  dapat digunakan IC MAX232. Hubungannya dapat dilihat seperti pada gambar 3-12.
 


Gambar 3.10 Rangkaian Serial dengan IC Max232

Pada standart komunikasi serial sesuai dengan spesifikasi standart RS 232-C, level tegangan yang digunakan adalah level tegangan yang berkisar antara –3 volt hingga –15 volt untuk kondisi logika ‘1’ atau yang disebut dengan keadaan mark dan antara +3 volt hingga +15 volt untuk kondisi logika ‘0’ atau disebut dengan keadaan space atau dengan kata lain standart RS 232-C menggunakan logika negatif terbalik
3.4 Perancangan Perangkat Lunak
            Program yang dirancang untuk mengendalikan proses kerja sistim ini terdiri dari atas beberapa sub program yang akan menyusun susunan program yang terintegrasi. Eksekusi terhadap program utama dilakukan setelah alat diaktifkan atau direset secara hardware. Pengaktifan tombol reset menyebabkan program counter (PC) menuju alamat 0000H lokasi awal dari program.
            Perangkat lunak yang digunakan untuk AT89S51 ini adalah menggunkan bahasa Assembler keluaraga MCS51.Program yang ditulis dengan bahasa Assembler terdiri dari Label; Kode Mnemonic dan lain sebagainya, pada umumnya dinamakan sebagai Program sumber (Source Code) yang belum bisa diterima oleh prosesor untuk dijalankan sebagai program, tapi harus diterjemahkan dulu menjadi bahasa mesin dalam bentuk kode biner.
Program sumber dibuat dengan Program editor biasa misalnya Note Pad pada Windows, Selanjutnya Program sumber diterjemakan (Compile) ke bahasa mesin dengan menggunakan Compiler MCS 51. Hasil kerja dari Extension “Hex”,”Obj”,”Lst” dan “Bin”.
File yang berektensi “Bin” berisikan kode – kode bahasa mesin, kode– kode bahasa mesin inilah yang diumpankan ke memori Program (ROM). Dalam dunia Mikrokontroller biasanya file biner ini diisikan ke UV EPROM, dan khusus untuk Mikrokontroller buatan ATMEL, Program ini diisikan kedalam Flash PEROM yang ada didalam Chip AT 89S51.
Assembler Listing merupakan naskah yang berasal dari program sumber dalam naskah tersebut pada bagian sebelah kanan/ kiri setiap baris dari program Sumber diberi tambahan hasil terjemahan program Assembler. Tambahan tersebut berupa nomor memori program berikut dengan kode yang akan diisikan pada memori program bersangkutan. File ini sangat berguna untuk dokumentasi dan Sarana untuk menelusuri program yang ditulis apabila terjadi kesalahan.
Perlu diperhatikan adalah setiap prosesor mempunyai konsentrasi yang berbeda, Instruksi untuk mengendalikan masing – masing prosesor juga berlainan dengan demikian bahasa Assembler untuk masing – masing prosesor juga berbeda, yang sama hanyalah pola dasar cara penulisan program saja
Untuk proses transfer data dari Mikrokontroller ke PC ,ProsesPengolahan dan penyajian data hasil timbangan serta penyimpanan data menggunakan bahasa program Borland Delphi 7.Penggunaan Delphi dimaksudkan karena selain lebih mudah peggunaannya dan merupakan bahasa tingkat tinggi dan terkompilasi yang mendukung bahasa terstruktur serta Perancangan Berorientasi Object (OOD).

3.5 Pembuatan Flowchart
Flowchart merupakan suatu bagan yang mengambarkan atau mempresentasikan suatu algoritma atau prosedur untuk menyelesaikan masalah. Didalam penyusunan program, untuk memudahkan didalam pembuatannya, maka perlu untuk membuat flowchart sebagai acuan penyusunan program yang ada. Berikut flowchart untuk perangkat lunak dari system konveyor timbang.
 Untuk gambar flowchart tidak dapat saya uploadkan..!!
 
DAFTAR PUSTAKA

[1] Agfianto Eko Putra,2004. “Belejar Mikrokontroller AT89c51/52/55(Teori dan Aplikasi)” Gava Media Yogyakarta.
[2]  http://Info-sehat.com
[4] Institut Elektronika Indonesia, 2000. “Komparator dan aplikasinya”.
[5] Kristanto,2003. “Bahasa Assembly”, Gava Media, Yogyakarta.
[6] Malik Ibnu, 2003. “Belajar Mikrokontroller AT89s52”, Penerbit Gava Media, Jogjakarta.
[7] Malvino, 1985. “Aproksimasi Rangkaian Semikonduktor”. Penerbit Erlangga, Jakarta.
[8] Malvino Barmawi, 1991.Prisip-Prinsip Elektronika”. Penerbit Erlangga, Jakarta
[9] Moh. Ibnu Malik,2003. “Belajar Mikrokontroler ATMEL AT89S8252”, Penerbit Gava Media Yogyakarta.
[10] Paulus Andi Nalwan, 2003. “Teknik Antarmuka dan Pemrograman Mikrokontroller AT89c51” PT.Elek Media Komputindo,Jakarta.
[11] Paulus Andi Nalwan,2004.”Panduan Praktis Penggunaan dan Antarmuka Modul LCD M1632” PT.Elek Media Komputindo, Jakarta.
[12] P C Sen, 1990. “Power Electronics”, Tata McGraw-Hill, New Delhi.
[13] Sudjadi, 2005. Teori dan Aplikasi Mikrokontroller:Aplikasi pada mikrokontroller AT89c51” Graha Ilmu, Yogyakarta.
[14] Widodo Budiharto, 2004. “Interfacing Komputer dan Mikrokontroller” PT.Elek Media Komputindo,Jakarta.
[15] Wong Mei Chan, 2007. “MIMS, Annual Full Prescribing Information”, Jakarta







Lampiran

 



                                                              Gambar 4.0 Rangkaian Keseluruhan



1 komentar:

  1. mas codding mau bertanya dong
    untuk minsis di ic atmega 89s51nya memakai codding apa? assambler atau bahasa SI
    tolong pencerahnya ya, terimakasih :)

    BalasHapus